Apakah Jumlah Pengikut Yang Banyak Menjadi Pertanda Telah Mengikuti Jalan Yang Benar?

(Sebuah Jawaban kepada Sdr Ridho Ilahi, Anggota Jemaat Qadiyani)

 Assalamu’alaikum wr wb;

“Aku mempunyai kekayaan lebih banyak dari engkau, dan lebih kuat para pengikut(ku)”(Qs 18:34)

“Dan jika engkau menuruti kebanyakan orang di bumi, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Mereka hanya mengikuti dugaan belaka, dan mereka tiada lain hanyalah berdusta” (Qs 6:17)

Ayat Qur’an Suci diatas adalah ejekan orang kafir kepada orang beriman dan peringatan Allah kepada orang yang beriman. Orang kafir merasa bahwa dengan jumlah mereka yang besar, golongan mereka itu jauh lebih hebat, jauh lebih unggul ketimbang golongan orang-orang beriman yang sedikit jumlahnya. Aneh bin ajaib kesombongan dan kepongahan orang kafir itu dijiplak 100% oleh seorang oknum dari Jamaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), sebagai justifikasi atas kebenaran dakwah Jemaat Qadiyani.

Demikian pula kemenangan Islam tidak dicapai karena jumlah yang banyak, Qur’an Suci menggambarkan sebagai berikut: “Wahai Nabi, kobarkanlah semangat kaum mukmin untuk bertempur. Jika diantara kamu terdapat duapuluh orang yang tabah, mereka akan mengalahkan duaratus; dan jika diantara kamu terdapat seratus mereka akan mengalahkan seribu kaum kafir, karena mereka kaum yang tak mengerti.” (QS 8:65)

Didalam Quran Suci tidak ada satupun referensi yang dapat digunakan sebagai sebuah dalil “pengikut yang banyak” sebagai bukti “telah mengikuti jalan yang benar”. Sebaliknya Qur’an Suci justeru mengindentikkan “Jumlah  yang banyak” itu sebagai:

  1. Lalai akan ayat-ayat kami (10:92)
  2. mengafiri pertamuan dengan Tuhan (30:8)
  3. Durhaka (5:49)
  4. Tidak mempunyai ilmu pengetahuan (7:187)
  5. Tidak beriman (11:17)
  6. Tidak berterimakasih (2:243)

 

Pada Intinya Qur’an Suci menolak bahwa jumlah yang banyak itu sebagai indikasi kesuksesan atau pembanding akan sebuah kebenaran. Bahkan didalam hadist Nabi Suci menyatakan jumlah kaum muslimin yang banyak itu hanya bagaikan buih-buih dilautan yang akan segera sirna ketika ditiup angin.

Imam Zaman Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pun tidak melihat kuantitas yang banyak sebagai indikasi kesuksesan:

“I am never pleased by the mere size of the Jama’at. Although at present its size is 400,000 or more, a real Jama’at is not one where people merely take the bai’at with their hands. The Jama’at can only deserve to be called the Jama’at in the true sense if people adhere to the real purpose of the bai’at, if they actually undergo a thorough transformation for the good, and their lives are cleansed of the pollution of sin.”  (Malfuzat, vol. x, p.136.)

Argumentasi yang dibangun dan dibangga-banggakan oleh oknum Qadiyani tersebut dan kerap dijadikan sebagai satu-satunya argumen untuk menyatakan bahwa pandangan Qadiyani itu benar dan oleh karenanya Gerakan Ahmadiyah Lahore (GA) itu salah, adalah suatu argumen yang cukup aneh serta sangat menggelikan. Saya katakan cukup menggelikan, karena apakah saudaraku Qadiyani ini tidak menyadari bahwa yang menjadi pangkal dari perselisihan dan persoalan adalah hal yang sangat mendasar, yakni:

  1. Nabi Suci Muhammad saw, bukan nabi terakhir melainkan akan datang ribuan nabi setelahnya.
  2. Umat Islam diluar Qadiyani adalah kafir (Pakkai Kafir) dan diluar Islam alias Murtad.
  3. Ahmad dalam surat 61:6 bukan ditujukan kepada Nabi Suci Muhammad saw, melainkan kepada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad.

 

Pada kenyataanya ketiga pandangan SESAT tersebut selain tidak didukung sama sekali oleh Qur’an Suci, dan Hadits, juga sama sekali tidak didukung oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Sampai disini saya ingin bertanya kepada saudaraku qadiyani, apakah pandangan Qadiyaniyah itu yang benar atau GA atau  Kaum Muslimin yang 1.5 Milyar? Adakah relevansi antara kuantitas yang banyak sebagai TELAH mengikuti jalan yang benar yang diikuti Jemaat Qadiyani, atau Kaum Muslimin ataukah Ahmadiyah Lahore (GA)???

Dari pernyataan Saudara dapat kami tanggapi sbb:

  1. Kutipan dari Sdr Ridho Ilahi:  “Janji Tuhan adalah “dalil yg hidup” bhw Dia akan menyampaikan Tabligh Masih Mau’ud a.s ke Seluruh Penjuru Dunia.. Kpd Siapa Janji tsb digenapi? Bhw Dia akan m’berikan pd MasihNya itu Jamaah yg besar.. Lagi2 kpd Siapa Janji tsb digenapiNya?“

 

Pertama perlu saya tegaskan bahwa janji Ilahi tersebut TIDAK ditujukan secara spesifik kepada seseorang atau sekelompok orang secara eksklusif. Akan tetapi kepada siapa saja yang mengikuti jejak langkah Imam Zaman dalam menyiarkan Islam.

Imam Zaman menyatakan sebagai berikut, berkenaan dengan tugas yang diberikan kepada Maulana Muhammad Ali: “So it is my proposal that, instead sending missionaries, we should prepare suitable literature to be sent to foreign countries. If my community helps me heartily in this scheme, I wish that an English translation and commentary of The Holy Qur’an may be prepare and sent there. However  I cannot help but express it clearly that this is my work. No body else would be able to do it as I could do it, or someone  who is like “branch” of mine and belongs to me.” (Izala-i-Auham,773)

Menjadi pertanyaan saya apakah hanya karena telah berhasil memiliki jumlah yang lebih menonjol maka hanya Qadiyan saja yang berhak secara eksklusif menjadi Jamaahnya Masih Mau’ud? Sungguh pemikiran yang sangat picik!. Sama piciknya dengan doktrin Qadiyan yang menyatakan bahwa  Muslim non Qadiyan adalah kafir dan diluar Islam yang berarti hanya Qadiyan sajalah umat Nabi Muhammad??? Sementara 1,5 millar umat Islam yang telah bersyahadat tidak layak atau telah keluar dari umat Nabi Muhammad saw dan tidak layak lagi menyandang gelar sebagai umat Nabi Muhammad saw.. Semoga Allah membuka mata hati Saudara Qadiyani ini!. Ramalan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ini sama sekali tidak ditujukan kepada Qadiyani saja ataupun Lahore saja, melainkan kepada seluruh pengikut beliau. Karena baik Qadiyan maupun Lahore mempunyai Jamaah yang sama2 bekerja keras dalam menyiarkan Islam, meskipun memang dalam hal jumlah Qadiyani lebih menonjol, namun dalam janji itu juga dinyatakan akan menyampaikan Tabligh Masih mau’ud ke seluruh penjuru dunia, hal ini juga tergenapi oleh pengikut Masih Mau’ud baik itu Qadiyan maupun Lahore, sama sekali bukan sebagai pembanding mana yang benar dan mana yang salah!

Yang Kedua, Tabligh yang dilakukan ke seluruh penjuru dunia tersebut dapat diartikan menyampaikan ajaran tajdid tanpa keluar dari pokok-pokok ajaran Islam. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah ajaran tajdid yang disampaikan oleh JA tersebut sudah sesuai dengan pokok2 ajaran Islam sehingga dapat diterima oleh kaum muslimin diseluruh dunia atau malah menimbulkan perpecahan? Atau bahkan sebaliknya mereka menolaknya? Sungguh suatu perbuatan konyol melakukan dakwah dengan cara menodai ajaran sang pembawa ajaran. Jikalau didalam Islam secara syar’i tidak dikenal istilah2 nabi majazi, dzili nabi, umati nabi, dll, mengapa JA tetap ngotot mempertahankan pendapatnya sendiri? Sudahkan JA memikirkannya akibatnya? Bagi GA pokok persoalan yang ada untuk diterimanya tajdid yang disyiarkan hanyalah masalah yang berkaitan dengan Imam Zaman, dimana counter attack terhadap dakwah ini justru dibenarkan oleh JA.

Yang Ketiga berbicara mengenai Tabligh, selama ini JA menyatakan telah menerbitkan QS dalam 200 bahasa dunia. Pertanyaan kami sederhana saja, ditoko buku mana dapat kami temukan QS bahasa Indonesia terbitan JA, atau buku2 yang dapat digunakan sebagai referensi oleh siapa saja yang hendak mempelajari Islam. Boleh jadi saudaraku akan mengatakan JA memiliki MTA, lalu sudahkah MTA benar2 menyiarkan Islam bukan sekedar propaganda tentang kebesaran Jemaat, atau sekedar corong khalifah anda untuk membesarkan moral anggota? Berapa orangkah yang telah masuk Islam berkat menyaksikan MTA?

2. Menurut Doktrin Qadiyani, Muslim selain Qadiyani sudah kafir (PAKKAI KAFIR  meskipun secara malu-malu diperhalus menjadi GHOIR MUSLIM) dan diluar Islam alias murtad (semoga saja tidak satu paket dengan pandangan Murtad itu halal darahnya!), karena itu selain mengharamkan shalat bermakmum dibelakang orang kafir, Qadiyani juga mengharamkan pengikutnya untuk menikah dengan orang lain, selain dari sesama Qadiyani. Dengan kata lain untuk menikah dengan penganut Qadiyani, seorang Muslim Non Qadiyani dipaksa untuk masuk Ahmadiyah Qadiyan atau pernikahan tidak akan pernah terjadi. (Hal ini tidak berlaku di Ahmadiyah Lahore). Dus bila berkeluarga dan mempunyai (minimal) 2 orang anak, (yang anaknya nanti juga diwajibkan masuk Ahmadiyah Qadiyan) maka tidak aneh dan heran bila populasi Qadiyani lebih menonjol dari Lahore akibat perkawinan. Sementara orang bergabung dengan Ahmadiyah Lahore bisa dipastikan bukan karena tekanan atau paksaan melainkan karena dorongan hati yang tulus. Selaras dengan hal ini Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pernah menerima Ilham: Lahore main hamarey pak member mujood hain — “Our members of pure character are in Lahore”.  

3. Dari sekian banyak anggota Qadiyani berapa persen sih yang mengerti doktrin sebenarnya ajaran Qadiyani, seperti ajaran Qadiyani yang menyatakan orang Islam Non Qadiyan adalah kafir dalam artian kafir yang sebenar-benarnya dan kedudukannya sama persis seperti orang Hindu  dan orang Kristen (kafir dalam artian diluar Islam), lihat: http://www.muslim.org/qadis/takfir1.htm. Jadi tidak mengherankan bila mereka tidak mau Shalat, Nikah serta menyalatkan Jenazah orang kafir.

Dari diskusi saya dengan orang Qadiyan mereka bukan saja tidak tahu dengan doktrin ini dan setelah mengetahui, mereka justru malu dengan doktrin ini. Dari sini bisa kita lihat ada hal yang ditutup-tutupi oleh petinggi Qadiyani demi merekrut sebanyak-banyaknya anggota

4. Secara Kuantitas, populasi Qadiyani lebih banyak dari Lahore namun dari segi Kualitas Lahore jauh melebihi Qadiyani, hal ini bisa dibuktikan dari sekian banyak orang qadiyani TIDAK ADA SATUPUN yang berani membuka forum diskusi di internet?, Dahulu forum diskusi resmi internasionalnya pernah ada, namun resmi ditutup kurang lebih sepuluh tahun yang lalu karena tidak mampu melayani pertanyaan-pertanyaan orang Islam, dan hingga kini diseluruh dunia mereka tidak mempunyai satupun forum diskusi internasional. Sebaliknya, Lahore sangat terbuka dalam masalah ini, baik yang sifatnya lokal maupun internasional, di Indonesia saja paling tidak ada dua forum diskusi. Dalam skala Internasional, seorang Zahid Azis mampu melayani ribuan pertanyaan-pertanyaan. Singkatnya ribuan orang Qadiyani tidak mampu melayani/ ber adu argumentasi dengan umat Islam, sebaliknya satu orang Lahore mampu melayani ribuan pertanyaan umat Islam, bandingkan dengan ayat QS 85:6 diatas.

5. Menonjolnya salah satu kelompok Jamaah Masih Mau’ud telah dinubuatkan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad namun (sekali lagi) bukan sebagai pihak yang benar melainkan sebagai pihak yang salah!

“Tuhan telah memberitahukan saya bahwa akan ada perpecahan yang serius di antara para anggota Gerakan kita; yang pembuat  salah akan diketahui dan membentuk kelompok yang menonjol/distinct. Kemudian Tuhan akan menghilangkan kesalahan dan perpecahan di antara para pengikutku dan (mereka) akan bersatu dan menjadi benar…” (Anecdotes from the life of the Promised Messiah, compiled by Al-Haj Mumtaz Ahmad Faruqui, B.Sc., E.E., hlm. 119).

Kini bisa kita lihat siapa yang lebih menonjol? Qadiyan kah atau Lahore??. Ramalan ini bisa dijadikan patokan kelompok siapa yang benar dan kelompok siapa yang salah.

Sebenarnya masih banyak hal yang dapat kami kemukakan sebagai tanggapan juga pertanyaan2 yang selama ini tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan akan tetapi hal tersebut tidak pernah digubris oleh Jemaat Qadiyani bahkan oleh para pemimpinnya.

Demikian tanggapan kami atas pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan, kami berharap diskusi ini menjadi jembatan untuk menghilangkan perbedaan2 yang ada. Ya Allah kepada-Mu kami berserah diri, kami mohon bimbingan-Mu untuk mengikuti seruan Utusan-Mu Mujadid Agung Hazrat Mirza Ghulam Ahmad.

Wasalamu’alaikum wr wb.

Tinggalkan komentar