PENGERTIAN HAKIKI GERAKAN AHMADIYAH

oleh: Maulana Muhammad Ali

This article was taken out from Ahmadiyya Movement translated by H.E. Koesnadi in 1981. Some contents from this article were edited by editional staff to have some writting put in “Studi Islam”. Any reader who has great will and wants to get further more complete information can contact us. Our address is on the front page

Ahmadiyah bukan suatu agama tersendiri.

Banyak sekali pengertian salah tentang Gerakan Ahmadiyah yang  dipahami oleh khalayak ramai. Pengertian yang amat tidak benar adalah, bahwa Ahmadiyah dikatakan sebagai suatu agama yang sama sekali terpisah dari agama Islam, seperti “Babisme atau Bahaisme”. Dasar pemikiran keliru ini, berasal dari anggapan bahwa Mirza Ghulam Ahmad dari Qadiyan, Pendiri Gerakan Ahmadiyah ini telah melakukan pendakwahan pada tingkat kenabian. Pernyataan ini terbukti tidak benar, sebagaimana dijelaskan dalam halaman-halaman sebelumnya. Tetapi ada pula orang-orang yang melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa para Ahmadi memiliki kalimat syahadat dan cara bershalat yang berlainan dengan kaum muslimin lainnya, mempunyai kitab suci lain disamping Qur’an Suci, dan berbeda pula Kiblatnya1. Semua tuduhan itu tidak beralasan sama sekali.

mali6Apabila Ahmadiyah merupakan suatu agama tersendiri, seperti halnya agama Baabi atau Bahai, maka segala kegiatannya tidak akan ditujukan kepada penyebaran Islam. Pekerjaan yang telah diusahakan dalam abad ke-14 H. ini sepenuhnya dicurahkan untuk  melakukan propaganda Islam di Eropa, Amerika dan negara-negara lainnya di dunia, maka sejatinya saham terbesar dalam penyiaran Islam tersebut  adalah usaha-usaha para pengikut Gerakan Ahmadiyah. Sehubungan dengan ini literatur keislaman yang dihasilkan orang-orang Muslim di Barat, maka sebagian besar adalah hasil kerja Gerakan Ahmadiyah, atau hasil dari pengaruhnya. Seandainya Ahmadiyah sesuatu yang berbeda atau yang memusuhi Islam, maka ia tak akan sebegitu banyak melakukan tekanan didalam usaha mendirikan missi-missi Muslim dan penyebaran literatur Islam ke seluruh dunia.

Babisme telah muncul limapuluh tahun lebih dahulu sebelum Gerakan Ahmadiyah memulai missinya. Apakah Babisme pernah mulai dengan suatu missi Islam atau pernah menerbitkan literatur  keislaman ke seluruh dunia? Jikalau Gerakan Ahmadiyah adalah agama yang berbeda dengan Islam, maka tentu mereka akan mengarahkan segala tenaganya untuk meyiarkan faham ‘baru’ tersebut, tetapi fakta menunjukkan bahwa segala upaya mereka ditujukan untuk semata-mata pelayanan Islam.

Memang benar bahwa ada di antara para pengikut Ahmadiyah, yakni kelompok Qadiyan, yang menuntut kenabian terhadap Imam Mirza Ghulam Ahmad, akan tetapi mereka masih berada didaerah abu-abu (intermediary state).  Walaupun mereka menuntut keyakinan atas kenabian dan jika  kaum Muslimin lain yang tidak meyakininya mereka anggap kafir2, akan tetapi mereka tidak pernah mengubah syahadat mereka menjadi kalimah syahadat yang baru. Pernyataan syahadat mereka pun tetap sama sebagaimana kaum Muslimin lainnya yakni:

“Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah”

Jadi, sebagaimana saya katakan, mereka hanya berada di posisi abu-abu atau dalam keadaan bimbang. Mereka pun tidak pernah menganggap bahwa Pendiri Gerakan ini sebagai nabi terakhir, mempunyai kalimah tersendiri, dan menciptakan agama tersendiri bagi mereka.3 Kesimpulan logis dari kepercayaan mereka, bahwa barang siapa tidak menerima Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi adalah seorang kafir dan ada di luar batas Islam, maka seharusnya kalimah syahadat tersebut diatas itu menjadi tidak memadai lagi.4 Apabila kalimat syahadat yang sekarang ini ada belum cukup untuk memasukan seseorang dalam pangkuan Islam, maka lebih empat ratus juta orang-orang Muslim di dunia yang mengikrarkan keimanannya dalam kalimat syahadat ini dinyatakan sebagai kafir  dan berada di luar batas Islam. Jadi, kalimah ini harus dinyatakan sebagai telah dihapus dan diganti dengan kalimah yang baru, dan kerasulan serta kenabian dari orang yang menerima dia merupakan suatu syarat mutlak memasuki pangkuan Islam, harus dianggap merupakan bagian dari kalimat yang baru tersebut. Apabila kepercayaan kepada kenabian Hazrat Mirza Ghulam Ahmad tidak dibuang, suatu waktu akan tiba di mana orang-orang ini akan merumuskan suatu kalimat tersendiri dan suatu agama tersendiri, dan hubungan mereka dengan Islam akan menjadi serupa dengan Babisme atau Bahaisme, yang menganggap Islam sebagai suatu agama sejati pada masa lampau, tetapi sehubungan dengan keadaan sekarang, mereka menganggap hanya agama mereka sendiri yang benar. Islam dan kalimah syahadat telah dihapuskan oleh mereka. Orang-orang Qadiyani telah menempatkan dirinya sendiri menghadapi “buah  simalakama” (menghadapi keadaan sukar memilih diantara dua kemungkinan yang sama buruknya). Mereka berusaha untuk berlayar dalam dua kapal pada waktu yang sama.

Di satu pihak, para Qadiyani menyatakan empat ratus juta orang-orang Muslim sebagai kafir, dilain pihak mereka menghitung dirinya sendiri sebagai kaum Muslimin, akan tetapi tidak mau merumuskan kalimah bagi kepercayaannya yang baru itu. Tetapi kepercayaan ini tak akan dapat bertahan lama. Atau keseganan terhadap doktrin seperti itu akan menimbulkan ketidak relaan dalam hati sanubari mayoritas kaum muslimin dan mereka akan menahan diri untuk membenarkan pendakwahan kenabian pada Pendiri Gerakan atau mereka menerima konsekuensi dari kepercayaan mereka, yaitu bahwa kalimah syahadat yang baku harus dicampakkan dan diganti dengan suatu kalimah syahadat yang sama sekali baru. Bagaimanapun juga Gerakan Ahmadiyah bukanlah suatu agama baru dalam bentuk aslinya, dan tidak pula sampai sebegitu jauh tumbuh menjadi agama baru di kalangan para pengikut Mirza Ghulam Ahmad.

Gerakan Ahmadiyah bukan merupakan suatu sekte dalam arti umum peristilahan.

Setiap agama di dunia ini bisanya dibagi dalam sekte-sekte, yang pada umumnya berbeda satu sama lain mengenai asasnya. Misalnya, beberapa golongan Kristen menganggap Yesus Kristus sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan yang lain menganggapnya sebagai manusia biasa. Dengan majunya ilmu pengetahuan, golongan belakangan ini makin lama makin bertambah jumlahnya. Ini berarti bahwa baik orang-orang yang percaya kepada Allah Tritunggal (Trinitas) maupun orang yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa, mereka itu semuanya adalah orang Kristen.

Begitu pula di antara orang-orang yang beragama Hindu. Banyak orang yang percaya kepada Allah Yang Tunggal, dan yang lainnya menyembah berhala-berhala dan mempercayai tiga ratus dan tiga puluh juta tuhan-tuhan lainnya. Sebagian menganggap Weda sebagai kata-kata Tuhan, yang lainnya menganggap sebagai gubahan manusia belaka. Perbedaan itu sebenarnya dapat disebut sebagai perbedaan azas-azas kesektean. Sehubungan dengan ini tidak ada perbedaan dan tidak ada sekte dalam Islam. Yang ada hanyalah madzhab-madzhab, aliran pemikiran, akan tetapi tetap bersepakat dalam hal azas-azas agama. Semua beriman kepada Allah Yang Maha Esa,  telah berakhirnya kenabian pada diri Nabi Muhammad saw. Semua kaum Muslimin, tak terkecuali, menganggap Qur’an Suci sebagai Kitab yang terakhir diwahyukan oleh Allah swt. yang tidak akan pernah mengalami perubahan dalam teksnya. Sewaktu shalat semua wajah dihadapkan ke kiblat yang sama. Akan tetapi disamping persamaan faham ini bahwa semua beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerasulan Nabi Muhammad dan Qur’an Suci, ada beberapa perbedaan faham dalam hal yang kecil-kecil dan sepele tentang detailnya agama. Beberapa imam muslim, sesudah mempertimbangkan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang berbeda, sehubungan dengan hal-hal tertentu dari kehidupan agama. Lalu beberapa golongan muslim mengikuti imam ini atau yang lain sesuai dengan pilihan hati mereka sendiri, dan dengan demikian timbullah berbagai-bagai faham aliran (school of thought) dalam Islam. Inilah sebab-musabab sebenarnya yang ada dibelakang hari mengapa  tumbuh aliran, faham atau golongan, dan tidak benar kemudian disebut orang sebagai sekte dalam Islam. Perbedaan-perbedaan diantara aliran-aliran atau faham-faham ini tidaklah mengenai perbedaan fundamental dari agama, tetapi mengenai hal-hal yurisprudensi (fiqih, hukum) atau hal-hal yang tidak penting dalam peribadatan agama. Dan perbedaan faham semacam ini seperti dikatakan oleh Nabi Suci dalam suatu hadits adalah merupakan rahmat Tuhan “Perbedaan faham di antara umatku adalah suatu rahmat”; karena disamping kesatuan, hal ini merupakan suatu kebebasan untuk berfikir yang diberikan batas toleransi. Bebas berpandangan, bebas untuk mempunyai pendapat sendiri (ijtihad), kesemuanya ini merupakan rahmat dalam memajukan ilmu pengetahuan dan pelajaran serta memperkembangkan kebiasaan untuk berfikir secara mendalam. Maka dari itu, perbedaan-perbedaan diantara faham-faham atau aliran-aliran kaum muslimin sebenarnya tidak merupakan hal-hal yang penting. Tetapi azas-azas Gerakan Ahmadiyah tidak diletakkan atas salah satu perbedaan faham semacam itu. Ciri yang penting dari Gerakan Ahmadiyah pada saat ini sama dengan dahulu, yaitu membela dan menyiarkan Islam. Perbedaan apapun yang ada diantara Gerakan ini dengan orang-orang muslim lainnya, ini samasekali tidak berhubungan dengan hal-hal mengenai fiqih (hukum) atau hal-hal yang tak penting dalam kehidupan agama, tetapi hanya dengan hal-hal yang berhubungan dengan pembelaan dan penyiaran Islam. Sejarah Gerakan mempunyai kesaksian yang menyatakan bahwa ketika Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mendirikan organisasi ini dan membuat pengumuman tentang diadakannya sumpah kesetiaan (bai’at), beliau tidak melakukan sesuatu yang berbeda dari golongan-golongan Muslim yang lain tentang sesuatu azas agama.

Tujuan didirikannya organisasi ini hanyalah untuk pembelaan dan penyiaran Islam. Walaupun beliau sebelumnya telah membaktikan seluruh waktunya untuk tujuan yang mulia ini, tetapi pada tahap ini beliau meletakkan suatu dasar yang tetap untuk penyiaran Islam menurut ayat Qur’an

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan yang menyeru kepada kebaikan, dan menyuruh berbuat benar dan melarang perbuatan salah”.5

Segera sesudah itu, beliau pun mulai menulis Fathi Islam dimana beliau membagi  tugas penyiaran Islam itu dalam lima cabang yang utama. Dalam keadaan inilah beliau telah dibukakan oleh Allah SWT. bahwa kepercayaan kepada kenaikan jasmaniah Yesus ke langit dan terus menerusnya kehidupan Yesus sampai sekarang, merupakan rintangan dijalan kemajuan Islam. Atas pemberitahuan Ilahi inilah didasarkan pendakwahannya, dan ini pula yang menjadi sebab-musabab orang-orang muslim lainnya menentang beliau.

Sikap terhadap masalah-masalah fiqih (Yurisprudensi).

Mengenai masalah fiqih, sikap orang Ahmadi samasekali bebas untuk memilih dan tidak terikat pada satu mazhab saja. Seluk-beluk hukum Islam, misalnya; nikah, talaq, waris, shalat, puasa, wudhu dan lain sebagainya, yang sering diantara para ulama Muslim merupakan pertentangan besar, tidak menjadi kesulitan sedikit pun bagi  warga Gerakan Ahmadiyah. Mereka menikmati kebebasan penuh mengenai masalah-masalah ini. Sangat tepat apabila dikatakan, bahwa Gerakan Ahmadiyah agaknya suatu perpaduan dari berbagai-bagai aliran, faham dalam Islam, didasarkan atas fiqih dan menghimbau mereka ke arah persatuan dengan bersikap lapang dada dan menyisihkan perbedaan-perbedaan faham mereka. Perbedaan-perbedaan kecil antara Ahmadiyah dan “organisasi” muslim lainnya, sebenarnya hanya berkenaan pada hal-hal sebagaimana telah diutarakan diatas, yakni dalam penyiaran dan pembelaan Islam. Jadi, andaikata Ahmadiyah adalah suatu “sekte” dalam Islam, ini tak sama dengan sekte-sekte dari agama-agama lain, karena tidak ada sekte-sekte dalam Islam dengan pengertian yang seperti itu. Sekali lagi Ahmadiyah tidak sama dengan aliran-aliran lain dalam Islam yang didasarkan atas perbedaan-perbedaan faham mengenai “fiqih”, karena dalam pengertian itu Ahmadiyah merupakan sintesis dari segala aliran-aliran ini. Ia adalah suatu aliran dalam Islam, dengan pengertian, bahwa untuk membantu perkara Islam, Ahmadiyah telah meletakkan tekanan atas berbagai hal, dan menciptakan sarana-sarana efektif dalam menghadapi kekuatan-kekuatan yang memusuhi  Islam dan tugas untuk mengadakan reformasi rohani  kaum Muslimin sendiri adalah termasuk dalam bidang programnya.

Suatu gerakan bagi Islam.

Karena ia memiliki ciri-ciri istimewa dari golongan Islam lainnya, maka Ahmadiyah dapat disebut suatu golongan atau suatu aliran dalam Islam, tetapi sebenarnya ia adalah suatu gerakan yang besar dalam pangkuan Islam. Tujuan utamanya adalah membangunkan kaum Muslimin dan mempersatukan usaha mereka untuk menyebarluaskan Islam. Tujuannya juga bukan memusatkan dan memegang teguh kepada perbedaan-perbedaan faham yang tidak begitu penting, sebagaimana dilakukan oleh golongan-golongan Islam lainnya. Cita-citanya jauh mengatasi segala penganut-penganut faham lain dalam Islam.

Apabila tujuan Gerakan ini sekedar untuk membuktikan telah wafatnya Yesus Kristus dan menyuguhkan kebenaran pendakwahan-pendakwahan dari Pendiri Gerakan sebagai Masih yang dijanjikan, Mahdi dan Mujaddid, mungkin ini dapat mengklasifikasikan Ahmadiyah sebagai suatu aliran seperti halnya aliran-aliran lain dalam Islam. Tetapi ini bukanlah sebab-musabab didirikannya Gerakan Ahmadiyah, dan ini hanyalah merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan. Dan apakah tujuannya itu?  Tiada lain adalah menyebarluaskan dan memperkuat perkara Islam di seluruh dunia dan menggalakkan kaum Muslimin untuk tugas yang suci ini.

Wafatnya Yesus Kristus.

Kepercayaan akan telah wafatnya Yesus Kristus dianggap sebagai ciri terpenting dari Gerakan Ahmadiyah. Ada orang-orang suci kaum Muslimin lainnya, seperti Imam Bukhari dan Imam Malik yang percaya bahwa Yesus Kristus itu telah wafat.  Imam Bukhari dalam kumpulan haditsnya telah merawikan dari Ibnu Abbas bahwa arti mutawaffika adalah mumituka yaitu (aku akan mematikan engkau)6 Ini berarti, bahwa beliau tidak berpendapat bahwa arti tuwaffa itu adalah mengangkat jasmani dan rohani bersama-sama ke langit sebagaimana kemudian diartikan dan diterima oleh sementara orang. Begitu pula Imam Malik percaya akan telah wafatnya Yesus Kristus: wa qaala malikun maata7 artinya “dan Malik berkata, ia telah wafat”.

Kepercayaan  telah wafatnya Yesus Kristus dari dua pribadi kaliber besar dikalangan kaum muslimin ini menunjukkan, bahwa mesti ada pula di antara orang-orang suci Muslim pada zaman terdahulu menganut kepercayaan yang serupa. Para Sahabat Nabi Suci rupanya sepakat tentang hal ini, karena pada waktu Nabi Suci wafat, para sahabat yang tidak percaya kepada berita yang menyedihkan itu, didiamkan oleh Abu Bakar dengan membaca ayat, :”Dan Muhammad itu tiada lain hanyalah utusan; sebelum dia, telah berlalu banyak utusan8 – Jadi, para Sahabat Nabi Suci semuanya berkeyakinan sudah sepatutnya bahwa seperti semua para Nabi yang lain, Nabi mereka pun telah meninggalkan dunia yang fana ini. Inilah persetujuan faham para Sahabat Nabi Suci tentang wafatnya Yesus Kristus. Andaikata ada salah seorang yang percaya bahwa Yesus Kristus masih hidup, tentu hal ini akan dikemukakan oleh mereka.

Pada abad ini pula almarhum Sir Sayyid Ahmad dari Aligharh, Mufti Muhammad Abduh dan Sayyid Rashid Ridla dari Mesir, mempercayai telah wafatnya Yesus Kristus.9 Banyak ulama di India  pula yang menganut kepercayan ini, tetapi mereka takut mengakuinya di depan umum karena kepercayaan yang demikian itu sudah cukup untuk mendatangkan mencaci maki untuk mereka sebagai orang-orang yang pro Ahmadiyah. Orang-orang semakin curiga sedemikian rupa, apabila seseorang mengemukakan hal ini, ia akan dianggap mempunyai hubungan rahasia dengan Gerakan Ahmadiyah. Karena pendakwahan Pendiri Gerakan Ahmadiyah didasarkan kepada telah wafatnya Yesus Kristus, maka para Ulama Muslim dan beberapa penterjemah Qur’an Suci pada masa sekarang sangat ragu-ragu untuk menerima kepercayaan ini sebagai suatu kebenaran.

Padahal  masalah lahirnya,  hidup dan wafatnya Yesus Kristus tidak merupakan salah satu azas dari Islam, dan juga tidak merupakan suatu bagian yang “furu” (cabang-cabangnya). Lalu mengapa keyakinan ini menjadi salah satu ciri khas dari Gerakan Ahmadiyah? Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, tujuan utama dari Gerakan Ahmadiyah ialah penyiaran Islam, teristimewa di Barat, dimana Islam harus menghadapi serangan Dajjal (Anti Kristus). Kepercayaan akan kehadiran Yesus Kristus di langit, merupakan rintangan yang terbesar bagi penyiaran Islam di antara kaum Kristen. Apabila Yesus Kristus sekarang masih hidup di langit dengan badan jasmaninya dari tanah, selama dua ribu tahun terakhir, tanpa makan dan minum, dan berada diluar batas  keperluan kehidupan materi, tanpa mengalami sesuatu perubahan sedikitpun pada jasadnya, maka tentu ia bukan dari jenis manusia biasa. Apabila ia benar-benar memiliki hal-hal yang aneh ini, maka jasadnya bisa dianggap kekal. Ini adalah alasan telak yang dikemukakan oleh orang-orang Kristen. Orang-orang Muslim yang percaya akan masih hidupnya Yesus Kristus terus menerus, maka dengan mudah menjadi mangsa mereka. Akibatnya yang pasti dari keperacayaan  ini, maka wajar jika Yesus Kristus adalah jauh di atas mahluk manusia biasa, bahkan layak pula sebagai seorang pemegang saham Ketuhanan. Apakah hal ini akan menjadi berfaedah digunakan untuk pergi dan menyiarkan Islam kepada orang-orang Kristen? Inilah sebab-musababnya Pendiri Gerakan Ahmadiyah melakukan tekanan untuk menghilangkan suatu pandangan yang palsu tentang Yesus Kristus.

Arti penting dari pendakwahan.

Pengertian yang hakiki dari Gerakan Ahmadiyah hanyalah ini, yakni ia adalah suatu gerakan besar untuk propaganda, menyebar-luaskan dan membela Islam di seluruh dunia. Semua ciri-ciri khas yang dimilikinya, adalah sarana untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut. Pengakuan pendakwahan dari Pendiri Gerakan pun berarti demikian, yakni tidak untuk suatu tujuan tersendiri tetapi hanya suatu sarana untuk mencapai tujuan penyiaran Islam. Hal yang paling besar dengan penerimaan pendakwahan ini, maka seseorang akan merasakan pada dirinya suatu keyakinan yang kuat, sehingga ia pun bergembira sekali melakukan setiap pengorbanan demi perkara Islam. Logika dari keyakinan ini mungkin dapat atau mungkin saja tidak memuaskan bagi seseorang, akan tetapi faktanya bahwa orang-orang yang bersama dan mengiringi Pendiri Gerakan atau yang sesudah wafatnya mengadakan hubungan spiritual (rohaniah) dengan beliau dengan menggabungkan diri dalam barisan Gerakan ini, merasakan adanya suatu semangat yang nyata untuk mempropagandakan Islam dan mempunyai keyakinan yang penuh bahwa Islam sekarang sedang maju meliputi seluruh dunia. Akan ada sesuatu kekurangan pada kita, yakni jika kita tidak bangkit pada kesempatan ini dan berusaha memperkenalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, padahal Islam memiliki keindahan akhlak yang sedemikian rupa sehingga mengalahkan apa pun juga. Apakah itu materialisme, yang pada masa sekarang ini dipertontonkan dan mengelabuhi mata kita, atau jaringan agama Kristen yang akan menyapu bersih dan disebar-luaskan ke seluruh dunia, atau keulungan mereka disegala bidang, kesemuanya itu pasti akan ditundukkan oleh Cahaya Islam. Semua kepala akan tunduk kepada prinsip-prinsip yang tak dapat dikalahkan, dan perdamaian serta kesejahteraan rohaniah akan terwujud. Keimanan dan kecintaan terhadap Islam inilah yang memberi semangat kepada setiap orang Ahmadi untuk berusaha sekuat tenaga berjuang bagi kemajuan Islam. Tanpa keimanan dan kecintaan, dan kemauan berkorban tak mungkin ada semuanya itu. Hubungan rohani dengan Pendiri Gerakan telah merangsang orang-orang Ahmadi pada keimanan dan kecintaan ini. Jadi suatu perubahan telah terjadi pada diri mereka, sebagaimana terjadi pada suatu pohon yang telah diberi suntikan. Itulah sebabnya mengapa antara seorang Ahmadi dan bukan Ahmadi akan ada perbedaan sikap yang hebat. Yang akhir itu sedang menunggu kedatangan orang lain yang akan datang menolongnya dalam perkara Islam, dan yang pertama berkeyakinan bahwa memajukan Islam adalah tugasnya dan dialah yang bertanggung jawab atas keberhasilan misi itu dan ia mempunyai kesanggupan untuk melaksanakannya. Perbedaan dalam pandangan kedua orang ini adalah sangat jelas. Menunggu turunnya Yesus Kristus dari langit adalah suatu perlindungan bagi orang yang hendak menghindarkan diri dari kewajiban yang mulia itu. Kepercayaan akan dakwah-dakwah Pendiri Gerakan mengingatkan kepada orang Muslim dan mereka yang sungguh-sungguh, bahwa tidak ada seorang pun yang akan turun dari langit untuk mengangkat mereka dari rawa keputusasaan, dimana mereka telah tenggelam dikedalaman. Mereka harus berjuang keras bagi keselamatan dirinya sendiri dan bagi umat ini.

Mereka yang berbai’at (bersumpah setia) kepada Pendiri Gerakan Ahmadiyah dengan sungguh-sungguh, akan yakin bahwa ramalan Nabi Suci benar dan nyata. Diramalkan bahwa hari-hari kejayaan Islam akan diikuti oleh kemiskinan dan kesukaran orang-orang Muslim. Tetapi pengorbanan itu akan menumbuhkan Islam sehingga bangkit kembali kepada kemuliaannya dan akan menaklukkan dunia dengan kekuatan rohani dan dengan bergeraknya zaman kemajuan Islam akan dimulai lagi. Abad ini (abad 14 H.) adalah abad yang diramalkan oleh Rasulullah untuk dimulainya kemenangan Islam dengan turunnya Al-Masih yang dijanjikan. Sekarang menjadi tugas kita untuk membawa risalah Islam ke semua penjuru dunia. Kekuatan untuk menaklukkan hati terpaut dalam Islam, akan tetapi orang-orang Muslim sendiri yang harus bekerja keras dengan bermandi keringat untuk kemenangan Islam.

Penerimaan dakwah kepada Pendiri Gerakan ini telah mengubah sikap malas para pengikutnya, menambah kekuatan iman yang diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan Gerakan Ahmadiyah. Inilah satu-satunya tujuan mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al-Masih yang dijanjikan, Mahdi dan Mujaddid pada abad ini. Ini tidak berarti bahwa Islam sebelumnya tidak lengkap, dan dengan mengakui Pendiri Gerakan Ahmadiyah akan menjadi sempurna keimanan kita. Kesempurnaan Islam sendiri telah difirmankan dalam ayat: Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu10, tetapi seperti menurut Imam Bukhari ” Iman itu dapat naik dan dapat pula turun”.11 Mengakui dakwah Pendiri Gerakan merupakan sumber kekuatan rohani terbesar untuk mempertebal keimanan dalam Islam. Jalan propaganda Islam adalah sulit dan mendaki, tidak dapat dilaksanakan tanpa keimanan yang kuat. Apalagi jalan ini tidak ditebari dengan kehormatan dan kemuliaan lahiriah, dan tidak pula gemerlapnya duniawi seperti  daya tarik kehidupan seorang politikus yang bersifat avonturir (seorang petualang).

Nubuwwah (ramalan-ramalan) Nabi Suci Muhammad saw ternyata benar

Jika sekiranya kita suka memikirkan dengan  sedikit mendalam, maka akan nampaklah bahwa Gerakan Ahmadiyah itu telah membuka jalan baru untuk kemuliaan dan keberhasilan terutusnya Nabi Suci. Telah ditunjukkan kepada seluruh kaum Muslimin bahwa ramalan-ramalan beliau tiga belas abad yang lampau ternyata benar. Ini adalah sungguh merupakan pertolongan yang besar dari Allah SWT  untuk mempertebal keimanan mereka kepada Nabi Suci. Di hadapan kita, segala kejadian didunia dan ramalan-ramalan Nabi Suci telah terbukti. Para ulama siang dan malam membaca hadits-hadits ramalan itu, tetapi mereka tidak  memahami akan makna dan maksudnya.

Hanya ada seorang yang mampu menerangkan Hadits ramalan ini, sesuai dan benar-benar tepat dengan peristiwa di dalam zaman sekarang ini. Orang itu adalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadiyan. Untuk mengangkat tabir kegelapan ini, maka seseorang memerlukan cahaya dari atas. Tentu saja hanya dengan petunjuk dari langit, maka beliau dapat memberi penerangan dan membetulkan pikiran-pikiran yang salah tentang hadits-hadits itu.

Hadits tentang Dajjal, Ya’juj wa Ma’juj  telah menunjukkan betapa besarnya penglihatan rohani Nabi Suci, dan ini telah dibahas di tempat lain, hanya sebagian dari ramalan-ramalan yang oleh Pendiri Gerakan telah disoroti dan diterangkan dengan jelas. Ada lagi ramalan-ramalan yang lain yang tersebut dalam Qur’an Suci, yang nyata-nyata sudah terjadi dan Gerakan Ahmadiyah memperhatikan untuk memperkuat kepercayaan kepada ramalan-ramalan Nabi Suci. Misalnya Perang Dunia yang telah terjadi disebutkan sebagai al-mulhamatul-kubra atau al-mulhamatul-‘uzma12, yang berarti Perang Besar.

Perang Dunia pertama (1914-1918) disebut pula dengan nama yang sama. Dikatakan, bahwa bilangan orang Kristen (al-Rum) jauh melebihi orang golongan lain pada waktu itu13, dan golongan Islam diperlakukan dengan kejam dan dipandang hina oleh golongan lainnya;14 al-Rum dalam keterangan ini mengacu pada bangsa Kristen. Golongan Islam akan menjadi semakin lemah, sehingga seolah-olah mereka itu akan ditelan bulat-bulat oleh bangsa lain.15 Didalam umat Islam sendiri tidak ada kesatuan, pertikaian dan perbantahan satu sama lain fihak, kafir mengkafirkan, rusak budi pekertinya, tidak menghiraukan lagi ajaran agama dan mengikuti jejak orang Yahudi dan Kristen. Hal ini semua termaktub dalam Hadits Nabi Suci. Tiadanya iman dan ilmu agama, dan sedikitnya orang yang menaruh perhatian kepada hal-hal kerohanian telah seringkali dikemukakan dalam hadits-hadits itu. Nabi Suci tiga belas abad yang lalu telah meramalkan pula tentang adanya golongan tidak beragama yang pada waktu sekarang dikagumi oleh seluruh dunia. Tentang melimpah ruahnya kekayaan materi, disebut pula dalam hadits-hadits ini. Begitu pula Qur’an Suci mengemukakan banyak ramalan-ramalan mengenai zaman ini. Misalnya unta-unta ditinggalkan karena adanya alat-alat angkutan yang lebih menyenangkan dan lebih cepat, seperti kereta api dan pesawat udara.

Dan tatkala unta-unta ditinggalkan.16

Dan dalam suatu Hadits dikatakan:

Unta-unta akan ditinggalkan, tidak akan digunakan untuk berpergian yang cepat (dari suatu tempat ke tempat lainnya)17

Bangsa-bangsa biadab diperadabkan:

Dan ketika binatang-binatang buas dikumpulkan18

Dan segala bangsa didunia dapat berhubungan satu sama lain, karena adanya alat transportasi dan telekomunikasi, misalnya kereta api, kapal laut dan kapal udara, telepon, telegram, radio dan lain sebagainya.

Dan tatkala orang-orang dipersatukan19

Majalah-majalah, surat-surat kabar, selebaran-selebaran dan lain sebagainya akan diterbitkan tanpa kesulitan

Dan tatkala buku-buku disiarkan20

Ramalan-ramalan ini, dan banyak lagi ramalan-ramalan lainnya seperti ini terjadi pada zaman lain juga, tetapi seluruh ramalan itu tepat benar terjadi pada zaman kita sekarang ini, sedangkan rinciannya tidak tepat untuk zaman lampau. Keadaan zaman kita sekarang ini, nampak rinciannya disebut dengan terang dalam hadits-hadits itu, sehingga sungguh menakjubkan akal pikiran kita. Dalam lapangan ini Gerakan Ahmadiyah membuka jalan baru untuk kebenaran Islam dan menambah kepercayaan kita kepada semua ramalan Nabi Suci dan hadits-hadits yang sahih.

Penafsiran yang benar tentang ramalan-ramalan Nabi Suci.

Seribu tigaratus tahun yang lalu kepada Nabi Suci tidak saja diperlihatkan secara ruhaniah apa yang akan terjadi pada Islam, tetapi pula bencana apa yang akan dihadapi oleh dunia. Beliau menyebut semua peristiwa ini dalam hadits-haditsnya. Begitu pula tentang datangnya Masih yang dijanjikan dan tentang akan berdirinya Gerakan Ahmadiyah, merupakan mata rantai dari peristiwa-peristiwa ini. Apabila segala hal lainnya itu menunjukkan kebenaran Nabi Suci, maka kehadiran Gerakan Ahmadiyah pada waktu sekarang ini mempunyai maksud yang sama. Peristiwa-peristiwa termaksud di atas itu berhubungan erat sekali dengan kedatangan Masih yang dijanjikan. Kedatangan Masih sebelum terjadinya ramalan-ramalan itu tidak akan mungkin. Akan tetapi jika tanda-tanda itu sudah terjadi secara nyata, maka kedatangan Masih itu sudah jelas adanya, sebab segala peristiwa itu saling berhubungan erat dengan kedatangannya. Jika  ternyata yang terjadi itu hanya sebagian saja, sedang lainnya belum terjadi, maka bolehlah kita menunggu saja  menantikan kedatangannya. Jika semuanya itu telah terjadi secara nyata, mengapa kedatangan Al-Masih masih harus tertunda dengan tidak ada batasnya? Padahal kemenangan Islam meliputi segala agama itu akan terjadi dengan kedatangannya?. Jika Ya’juj wa Ma’juj sudah meliputi bumi kita ini dan menguasai segala aspek kehidupan kita baik kekayaan serta kekuasaan; jika Dajjal merata merajalela menyesatkan manusia; jika umat Islam sudah tidak lagi menyentuh Qur’an Suci dan dengan menyedihkan melibatkan diri dalam percekcokan serta saling melemparkan kata-kata yang kotor diantara mereka sendiri hanya karena perbedaan faham yang kecil; jika ulama-ulama telah sunyi dari segala pengertian kebenaran serta petunjuk Ilahi dan pada kenyataan mereka lebih melibatkan diri dalam pemujaan simbol secara harfiah saja (tanpa mempergunakan ilmu dan akal sehat -pent.), maka seperti itulah yang tersebut dalam Hadits bahwa iman yang sejati telah terbang  jauh, yaitu di Bintang Tsuraya. Jika semuanya ini sudah nyata terjadi dan umat Islam dikelilingi oleh segala macam kesukaran dan penderitaan, maka apakah ini mungkin perbuatan Allah Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Bijaksana bahwa umat Islam harus menderita dalam segala bidang, sedangkan janji-Nya untuk membebaskan kita  tidak akan dipenuhi sampai detik  yang sangat dibutuhkan ini? Jelas, hal ini tidak mungkin terjadi.

Pandangan Pendiri Gerakan Ahmadiyah mudah diterima dan dimengerti, karena dialah yang menarik perhatian kita akan peristiwa-peristiwa di dunia ini, dialah yang menunjukkan bahwa ramalan-ramalan atau penglihatan rohani Nabi Suci betul dan nyata.

Segala tanda-tanda telah tampak di hadapan kita, akan tetapi kita tidak dapat melihatnya. Siang dan malam kita membaca Hadits tentang hal ini, tetapi kita tidak dapat merasakan. Tabir kegelapan menutupi mata kita dan orang-orang yang cerdik pandai atau para ulama atau apa yang disebut para pemimpin rohani pun tidak mampu memahami hal ini. Mirza Ghulam Ahmad-lah yang telah membuka tabir  itu dan terpancarlah sinar dari dalamnya yang membuktikan kebenaran Nabi Suci serta ramalan-ramalannya. Andaikata Pendiri Gerakan Ahmadiyah tidak muncul, maka segala kenyataan yang terjadi akan tetap tersembunyi  dari  kata-kata hadits yang berkenaan dengan itu.  Jadi, hanya Ahmadiyahlah yang telah memantapkan kebenaran dan keaslian ramalan-ramalan Nabi Suci Muhammad saw., seperti tersebut dalam kitab-kitab Hadits.

Penafsiran yang benar tentang Islam

Ahmadiyah tidak hanya memberikan penafsiran atas ramalan dan penglihatan (ru’ya) Nabi Suci, tetapi memberi juga penafsiran yang benar tentang Islam. Ahmadiyah bukanlah suatu agama baru dan bukan pula suatu sekte, sebagaimana telah diterangkan di muka, melainkan hanyalah suatu Gerakan Besar untuk menyiarkan Islam. Karena penyiaran Islam menuntut bahwa Islam harus dihidangkan dalam bentuk yang sebenarnya, maka segala noda dan kotoran harus dimusnahkan dari wajahnya yang cantik, sehingga menjadi daya tarik bagi hati manusia. Allah Yang Maha Kuasa telah memberi pengertian kepada Mujaddid abad ini dengan memperlihatkan kepadanya bahwa telah terpenuhinya semua ramalan dan penglihatan Nabi Suci dan menganugerahkan kepadanya pandangan untuk membuka segala kepercayaan yang menjadi penghalang kemajuan Islam. Jadi, Ahmadiyah adalah perwujudan Islam yang bersahaja dan bersih, yang pada waktu dahulu bisa menarik dunia dan begitu juga sekarang. Dengan perkataan lain, Ahmadiyah adalah penafsiran yang benar atas pelajaran-pelajaran dari Qur’an Suci. Hal yang membedakannya dari golongan-golongan Islam lain, bahwa Ahmadiyah menghapuskan kredo palsu dan segala  ajaran Islam yang keliru yang telah dibuat oleh kaum muslimin dan menunjukkan keindahan ajaran Islam yang telah dilupakan oleh kaum Muslimin selama ini, dan Islam akan memperoleh kembali daya-tariknya bagi seluruh dunia. Islam adalah agama yang hidup yang mempersembahkan Tuhan Yang Maha Hidup, Kekal dan Nyata, Yang bersabda kepada hamba-Nya yang tulus pada masa lalu dan pada masa sekarang dan akan terus bersabda selamanya hingga masa yang akan datang. Sebagaimana halnya sifat-sifat-Nya Maha Mendengar dan Maha Melihat, maka sifat-Nya yang berhubungan dengan manusia pun tidak akan terhenti. Meskipun kenabian telah berakhir pada diri Rasulullah Muhammad SAW, tetapi hubungan Allah dengan hamba-hamba-Nya tidak akan pernah terputus atau tertutup. Akan tetapi pada umumnya orang-orang Muslim telah menyangka bahwa Allah bersabda dahulu kala, dan sepeninggal Nabi Muhammad saw pintu wahyu (komunikasi Allah dengan manusia) sudah tertutup selama-lamanya. Gerakan Ahmadiyah telah menekankan secara khusus atas perkara ini dan bahwa agama, yang bagi pemeluknya tidak ada kesempatan untuk mencapai tingkat berhubungan dengan Allah, adalah agama yang mati. Sebagaimana dijanjikan dalam Qur’an Suci dan Hadits, Allah akan terus bersabda kepada hamba-hamba-Nya yang tulus dari umat ini selama-lamanya.

Islam adalah agama fitrah dan manusia menurut kodratnya dengan sendirinya tertarik kepada Pencipta-Nya. Sayangnya ada beberapa Ulama Islam yang berpandangan bahwa Islam pada waktu turunnya Mahdi, akan disiarkan dengan kekuatan jasmani. Dongeng-dongeng tentang turunnya Mahdi yang demikian itu tersiar merata di kalangan umat ini. Jadi celaan kaum non-Muslim tentang menyiarkan Islam dengan pedang diperkuat oleh orang-orang Muslim itu sendiri. Ini mengakibatkan kebencian non-Muslim terhadap Islam menjadi-jadi, dan kemudian menjadi rintangan bagi propaganda Islam. Ahmadiyah berusaha memperbaiki kesalahan ini dengan mengemukakan bahwa tidak ada paksaan dalam agama21. Islam telah menarik hati manusia karena ajaran-ajarannya yang indah. Ia adalah agama fitrah manusia, agama yang bersahaja, sepi dari segala kesulitan upacara agama. Orang buta huruf pun dapat mengerti ajaran-ajarannya. Tetapi ilmu Fiqih (Yurisprudensi) menyebabkan segala sesuatu menjadi sangat kompleks (kusut). Kepercayaan dan ajaran-ajaran Islam yang bersahaja berubah menjadi bahan percekcokan yang seru, yang tidak bermanfaat, dan melumpuhkan sendi kehidupan Muslimin sehari-hari. Gerakan Ahmadiyah menyajikan kembali kesederhanaan asli yang telah hilang dari Islam dengan menempatkan Qur’an Suci di atas segalanya, dan menjadi sumber yang sebenar-benarnya dari ajaran Islam. Sesudah itu Hadits Nabi, dimana Nabi Suci menerangkan dan menafsirkan ajaran-ajaran Qur’an. Ilmu Fiqih yang bukan merupakan sumber asli dari syariat Islam dan pranata kehidupan kita, dan tidak layak kemudian diberi tempat lebih utama mendahului Qur’an dan Hadits, jadi seharusnya tidak dijadikan nomor satu.

Islam adalah agama rasional (dapat diterima dengan akal). Qur’an kerapkali memerintahkan para pembacanya supaya mempergunakan akal, pertimbangan dan pengertian dalam perkara agama. Tetapi sebagian  Ulama berpendirian sebaliknya, yakni siapa yang mencoba berusaha untuk mengerti perkara agama dengan menggunakan akal pikirannya, maka dikatakan kafir atau sesat. Gerakan Ahmadiyah yang menyoroti hal ini, dan membuktikan kebenaran prinsip-prinsip agama didasarkan kepada akal pikiran yang sehat, serta menunjukkan bahwa akal dan agama itu tidak berdiri terpisah. Keduanya saling mengisi. Akal pikiran membuktikan perlu dan benarnya agama, sedangkan agama memberi cahaya dan petunjuk kepada akal-pikiran. Tetapi sebagian Ulama menganggap bahwa ilmu pengetahuan bertentangan dengan agama dan melarang orang-orang Muslim untuk memperoleh pendidikan keduniawian. Gerakan Ahmadiyah membantu menyingkirkan salah faham ini dari  benak kaum Muslimin, dan menjelaskan bahwa kemajuan kebendaan itu akan membimbing manusia kepada kemajuan rohani yang lebih tinggi, yang berfaedah untuk kemanusiaan. Penolakan atas nilai kerohanian itu karena tidak dimilikinya ilmu agama yang sejati. Dengan majunya ilmu pengetahuan maka akan maju pula Islam dengan  pesat, karena Islam adalah agama yang menyuruh menggunakan potensi akal, suatu agama yang mendorong kepada pandangan hidup yang ilmiah.

Islam adalah sungguh-sungguh suatu agama yang  berpandangan luas dan berlapang dada (toleran). Dalam pandangan Islam, seluruh umat manusia itu umat yang satu, dan dinyatakannya pula bahwa seperti adanya undang-undang jasmani dan alam semesta, maka hanya ada satu undang-undang rohani untuk seluruh manusia, dan setiap bangsa telah mempunyai pemimpin rohani yang telah mengajak umatnya kepada ketulusan dan kebajikan. Tetapi sifat Islam yang menonjol ini sama sekali tertutup. Gerakan Ahmadiyah-lah yang memancarkan cahaya pada perkara ini, dan menekankan atas kenyataan bahwa para Nabi telah dikirimkan kepada setiap bangsa didunia ini, sehingga menghidupkan kembali pandangan luas dan umum dari Islam. Islam adalah agama kemajuan. Meskipun azas-azas agama ditetapkan dalam Qur’an dan penjelasan-penjelasan ada dalam Hadits selaras dengan kebutuhan zaman, tetapi karena Islam itu berpengertian sangat luas dan manusia itu dihadapkan kepada seribu satu soal sehubungan dengan kemajuan peradaban, maka pintu ijtihad (usaha keras untuk menentukan pendapat di lapangan hukum mengenai hal yang pelik dan meragukan. -pent.) dalam Islam tidak tertutup. Artinya, sesuai dengan kebutuhan dari setiap zaman dan setiap negeri, maka orang berhak membuat aturan-aturan (undang-undang) untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dibawah pimpinan Qur’an Suci dan Hadits Nabi.

Tak dapat disangkal bahwa Islam adalah agama persatuan dan persaudaraan. Menurut perintah Qur’an yang terang, tidak ada orang yang berhak  mengusir seorang Muslim lainnya dari Islam selama ia masih menyatakan keimanannya kepada Allah  dan kepada Nabi Muhammad saw (Syahadat). Tetapi dalam abad ini ada berbagai golongan Muslim yang mengira bahwa keselamatan itu adalah  hak preogratif mereka sendiri, dan mereka saling menyatakan kafir dan akan menjadi penghuni neraka. Ahmadiyah menghidupkan kembali prinsip, bahwa semua orang yang mengikrarkan kalimah syahadat yaitu: “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Utusan Allah” dia adalah Muslim dan tidak ada seorang pun berhak menyebut  kafir kepadanya. Sebelum Islam, yang disebut agama ialah sekedar kumpulan tata  upacara lahir belaka yang menjadi sumber untuk memperoleh pahala, atau untuk membebaskan diri dari siksaan di akhirat. Islam memberi pengertian baru tentang agama, lalu dihubungkan dengan kegiatan manusia sehari-hari, inilah yang  menjadi sumber daya kehidupan manusia. Kaum Muslimin  melupakan hakikat ajaran Islam yang agung  ini, dan Gerakan Ahmadiyah menarik kembali  kepada ajaran ini. Selain itu Gerakan Ahmadiyah  menerangi kembali  berbagai persoalan Islam yang selama ini awam bagi kaum muslimin.

(Endnotes)

Catatan Akhir

1 Rumah Suci Allah di Mekkah, ke arah mana orang-orang Muslim menghadapkan wajahnya pada waktu bershalat

2 Mirza Bashirudin Mahmud Ahmad, The Truth about the Spilit (Qadiyan, India, Second Edition, 1938), pp. 55, 140, 185, etc.

3 Pernyataan ini sifatnya ramalan Maulana Muhammad Ali, dan sebagian telah terpenuhi pada tahun 1954, ketika suatu pernyataan tertulis di sampaikan delegasi golongan Qadiyan kepada Mahkamah Penyelidikan (Court of Inquiry), bahwa: “Seorang Muslim adalah orang yang termasuk umat Nabi Muhammad saw. dan menganut keimanan dalam Kalimah Toyyibah. (Laporan dari  “Court of Inquiry”, dalam kerusuhan di Punjab tahun 1953, hal. 218).  Pada tempat yang lain dari laporan itu dikemukakan bahwa:

“Atas pertanyaan, apakah orang-orang Ahmadi (yakni para pengikut golongan Qadiyan -T.) menganggap orang-orang Muslim lainnya sebagai kafir, dalam arti, bahwa mereka adalah di luar batas Islam. Sikap mereka dihadapan kami, bahwa orang-orang serupa itu bukanlah orang-orang kafir dan bahwa kata kufr, apabila dipergunakan dalam literatur Ahmadi golongan Qadiyani, sehubungan dengan orang-orang serupa itu, ialah dipergunakan dalam arti bid’ah yang sepele dan tidak pernah dimaksud untuk menganggap orang serupa itu keluar batas Islam. (halaman 199)”.

Apa yang tertulis di atas itu adalah pendapat para Hakim dari Mahkamah Penyelidikan (Court of Inquiry) tersebut. Jawaban yang sebenarnya di depan Mahkamah itu adalah sebagai berikut:

“P (Pertanyaan): Apakah Tuan golongkan Mirza Ghulam Ahmad di antara para mamurs (orang-orang yang diangkat Allah -T) yang pengakuan sedemikian itu terhadapnya merupakan syarat untuk disebut seorang Muslim?”.

“J (Jawaban): Saya telah menjawab pertanyaan ini. Tidak ada seorang pun yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad, dapat dianggap sebagai di luar batas Islam”. (Proses Mahkamah Penyelidikan, pada pemeriksaan ke 84, tanggal 14 Januari 1954).

“P: Silahkan melihat pada halaman 22 dari “Dzikrullah” dimana dimuat perkataan sebagai berikut:

(Yakni, Kepercayaan saya bahwa ada dua golongan di dunia ini, yaitu, golongan mukmin (yang beriman) dan golongan kafir (yang tidak percaya), jadi orang-orang menyatakan beriman pada Masih yang di janjikan ( yaitu Mirza Ghulam Ahmad -T .) adalah mu’min , dan orang-orang yang tidak beriman kepadanya , mungkin karena suatu alasan, adalah kafir). Bukankah di sini kata kafir dipergunakan sebagai kata lawan dari mu’min?.

“J: Dalam konteks ini kata mu’min berarti orang yang beriman dan kata kafir berari orang yang tidak beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad.

P: Apakah keimanan kepada Mirza Ghulam Ahmad merupakan suatu bagian dari iman ?.

J: Tidak! Kata mukmin di sini dipergunakan hanya untuk menyampaikan pengertian keimanan kepada Mirza Ghulam Ahmad, bukan keimanan dalam Rukun Iman. (Ibid, 85th siting, 15th January 1954). Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Pemimpin golongan Ahmadiyah di Rabwah (tadinya di Qadiyan), mengakui bahwa keimanan kepada Pendiri Gerakan Ahmadiyah bukanlah merupakan bagian dari  iman (juzwi-iman), tetapi empat puluh tahun sebelumnya, dalam tahun 1914, ia dengan secara lantang mengumumkan:

“Keimanan kepada Masih yang dijanjikan adalah suatu bagian dari Iman (juzwi-iman). Jadi siapakah yang berani berkata melawan beliau, bahwa beriman kepadanya tidak merupakan bagian dari Iman? (Al-Fadl, Qadiyan, 20 Mei 1914).

4 “Bahwa semua orang yang disebut Muslim, yang belum secara formal berbai’at kepadanya, dimana pun mereka berada, mereka adalah kafir dan ada di luar batas Islam, meskipun mereka tidak tidak pernah mendengar nama Masih yang dijanjikan. Bahwa kepercayaan ini mempunyai persesuaian sepenuhnya, itu aku siap sedia mengakuinya” (Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Truth about the Split, Qadiyan, India, Second Edition 1938, pp.55-56). Keterangan-keterangan tersebut diatas dengan jelas bertentangan satu sama lain

5 Qur’an Suci, 2: 103

6 Bukhari 65:12

7 Imam Muhammad Tahir of Gujarat, Majma’ Bikharil -Anwar (Lucknow, India, Nawal Kishore Press), vol. I, halaman 286, dan Ikmalul-Ikmal Sharh Muslim Vol. I halaman 265

8 Qur’an 3:143

9 Lihat Annexe 2 “Para Ulama Mesir tentang wafatnya Yesus Kristus” dan kalimat-kalimat dari The Massage of the Quran oleh Muhammad Asad

10 Qur’an , 5:3

11 Bukhari 2:32

12 Misykat; Bab al-Malaham

13 Musnad Ahmad, Vol.IV, h. 230

14 Ibid

15 Tirmidzi, Ibnu Majah

16 Qur’an, 81:4

17 Imam Muhammad Tahir dari Gujarat, Majma’-Biharul-Anwar( Lucknow, India, Nawal Kishor Press, Vol.III, hal.165; Misykat, Bab turunnya Masih

18 Qur’an, 81:5. Rupa-rupanya dikumpulkannya binatang-binatang buas juga merupakan ramalan yang terjadi di kemudian hari, yaitu dikumpulkannya binatang-binatang buas dari segala penjuru dunia di sebuah kota besar. Kata “wuhusy” adalah jamaknya dari kata “wahsy’ artinya binatang buas, seperti juga binatang yang tidak jinak atau binatang padang pasir. Dengan demikian secara ibarat dapat diterapkan terhadap orang-orang yang masih biadab. Wanita yang pemalu juga disebut “wahsy”, oleh karena itu, ayat ini dapat pula mengisyaratkan dikumpulkannya orang-orang yang masih biadab dalam pusat peradaban. Hendaklah diingat bahwa kata “hasyr” (husyirat) bukan saja pergi dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga berarti menyebabkan orang-orang turun ke kota. (dari catatan kaki Qur’an Suci H.M Bachrun, No. 2672 -pent.).

19 Ibid, 81:7

20 Ibid, 81:10

21 Qur’an, 2:256

8 Tanggapan

  1. Kalau tulisan ahmadiyah versi anda ini benar, coba buktikan dengan tidak mengelompokan atau memisahkan diri dan berbaurlah terhadap umat islam lainnya. Buatlah Seperti NU dan Muhammadiyah yang hanya suatu organisasi masyarakat.

    Seperti dalam hadits, Muhammad berkata Islam akan terbagi dalam 73 golongan tapi hanya satu yang akan mengikutiku yaitu yang mengikuti Al-quran dan Al-hadits.

    • Sdr Haditya Nugraha Yth, sebelumnya kami ucapkan terimakasih telah berkunjung ke webblog kami, berkaitan dengan harapan sdr dapat kami jelaskan sbb:
      Sebagaimana tulisan Maulana Muhammad Ali MA LLB diatas bahwasannya GAI adalah sekedar sebagai pelayan Islam, atau dengan kata2 beliau yakni “Tujuan utamanya adalah membangunkan kaum Muslim dan mempersatukan usaha mereka untuk menyebar-luaskan Islam. Tujuannya bukan memusatkan dan memegang teguh kepada perbedaan-perbedaan faham yang tidak begitu penting, sebagaimana dilakukan oleh golongan-golongan Islam lainnya. Cita-citanya jauh mengatasi segala penganut-penganut faham lain dalam Islam.”
      Jadi tugas Gerakan Ahmadiyah secara ringkas adalah pertama mengembalikan pemahaman yang sudah tidak sesuai dengan Al-Quran dan Hadist Rasulullah yang merintangi jalan dakwah kepada agama2 lainnya. Kedua mengembalikan pemahaman Islam yang rahmatan lil alamin, damai sejuk penuh dengan keindahan santun, berakhlakul karimah, berilmu dan rendah hati sebagaimana cara-cara Rasululalh menyebarluaskan ajaran Islam, Ketiga mengobarkan kembali semangat Iman Islam yang hampir2 runtuh dari dada kaum muslimin bahwa iman itu ada dalam hati dan nampak dalam perbuatan bukan sekedar simbol2 pada pakaian, atau yang lain yang kesemuanya itu sekedar formalitas belaka. Demikian tanggapan kami, semoga berkenan, terimakasih.

  2. bagaimana menurut anda tentang ajaran ahmadiyah, benar atau salahkah ? kenapa anda berpikir begitu …?? siapa yg benar antara ajaran ahmadiyah atau ajaran MUI ? seberapa yakin anda ? lalu atas dasar apa … ??

    _balas_

    • Sdri Angel Yth,
      Terimakasih telah berkenan mampir diwebblog ini, berkaitan dengan apa itu ahmadiyah dan bagaimana itu ahmadiyah telah kami jelaskan pada bagian lain dari pertanyaan2 sdr yang lainnya namun kami ulangi lagi disini. Sebenarnya cukup sederhana, dengan bahasa yg sederhana dapat dikatakan perkumpulan ini didirikan oleh dan untuk orang-orang yang hendak meneladani Rasulullah Muhammad SAW dengan spirit perjuangan dengan sifat-sifat Jamali beliau yaitu keindahan akhlak dan budi, kedamaian, toleransi, dan sikap ilmiah yang menekankan pada argumentasi agama yang berlandaskan Qur’ani. Sebagaimana nama nabi kita yang diberikan oleh Ibunda beliau Siti Aminah ketika masih kecil yakni Ahmad yang artinya orang yang banyak memuji (hamd) sehingga berharap perkumpulan orang-orang ini terdiri dari orang2 yang banyak memuji kepada Allah SWT, sehingga menjadi orang2 yang terpuji dihadapan Allah SWT.
      Gerakan Ahmadiyah adalah pelayan Islam dan MUI juga representasi dari pemimpin kaum Muslimin, kami yakin tujuan kita sama yakni untuk kemajuan kaum muslimin dan kemenangan Islam diakhir zaman, cuma barangkali cara perjuangannya saja yang berbeda sehingga bagi orang awam seolah2 bertentangan. Gerakan Ahmadiyah mendedikasikan dirinya utk melayani Islam dengan menyampaikan Islam secara sederhana, mudah dipahami oleh siapa saja, rasional, rendah hati dan lebih menekankan diri pada keindahan akhlak dan budi pekerti sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. dengan harapan semua orang akan tertarik kepada Islam yang memang sesuai dengan fitrah manusia, dan karena memang hanya Islamlah agama yang seuai dengan manusia zaman akhir ini sehingga agama ini harus disampaikan dengan cara2 yang baik, toleran, inspiratif, dan seusai dengan akal dan ilmu pengetahuan. Maka jika ada perbedaan, hal itu hanya pada masalah khilafiah yakni masalah ranting2nya agama, penafsiran2 agama yang semua itu berdasarkan subyektifitas guru2 kita karena perbedaan referansi, keluasan ilmu, dan ketinggian akhlak manusia yang tiap2 orang berbeda termasuk dalam menerima pemahaman2 tersebut, yang memang sudah terjadi sejak dahulu kala. Demikian sedikit tanggapan kami semoga berkenan,
      wassalam wr wb.

  3. alhamdulillah, ternyata setelah sy membaca sedikit tentang jamaat ahmadiyah itu apa . dan gerakan ahmadiyah itu apa. sy mulai terang. ternyata hampir sama kesalah fahaman orang itu terhadap ahmadiyah jk blm baca dengan benar. gerakan ahmadiyah jk emang itu tujuannya semoga Alloh menyertainya. Dan bagi jemaat ahmadiyah segera kembali kejalan yang lurus.

    • Terimakasih Ikhwan Iwan Mulyana, semoga semakin banyak saudara-saudara muslim yang lain dapat memahami perbedaan yang ada dan semoga kesalahpahaman segera dihilangkan, amin.

  4. Mungkin banyak orang yang menilai tanpa mempelajarinya terlebih dahulu, dan mungkin juga ada sebagian jemaat Ahmadiyah yang memberikan penafsiran yang menyebabkan kesalahpahaman mengenai “Ahmadiyah” itu sendiri di dalam Islam.
    Jika memang Ahmadiyyah adalah hanya sebuah gerakan dalam Islam dan bukan golongan baru, semoga saja jemaat-jemaat Islam akan dapat bersatu kembali cepat atau lambat nantinya. Sebab untuk apa kita semua terpecah belah jika sebenarnya tujuan dan keyakinan kita sama yaitu beriman kepada Allah dan Islam. Alangkah baiknya jika Islam dapat bersatu sehingga terhindar dari segala kesalahpahaman dan pertentangan didalamnya.

  5. apa yang benar akan selalu benar dan yang dianggap benar belum tentu benar, salam damai ,, :D

Tinggalkan Balasan ke redaksistudiislam Batalkan balasan